Bukalah cendela pikiranmu sekedar untuk berfikir..

Sabtu, 05 November 2011

To be a professional Head Master In Analyzing SWOT


A. Pendahuluan
Salah satu kunci yang sangat menentukan keberhasilan sekolah dalam mencapai tujuannya adalah kepala sekolah. Keberhasilan kepala sekolah dalam mencapai tujuan secara dominant ditentukan oleh kendalah menajamen sekolah yang bersangkutan, sedangkan keadaan manajemen sekolah sangat diapengaruhi oleh kapasitas kepemimpinan kepala sekolahnya. Hal ini tidak berarti peranan kepala sekolah hanya sekedar sebagai pemimpin (leader) karena masih banyak peranan yang lainnya. Untuk lingkungan pendidikan dasar menengah, peranan kepala sekolah dikenal sebagai Educator, Manager, Administrator, Supervisor dan lain sebagainya.

            Kepemimpinan kepala sekolah harus memiliki 25 kopetensi diantaranya Penyusunan program, manajemen kelembagaan, evaluasi, manajemen sarana dan prasarana dan lain-lain[1]. Kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu factor yng mendorong sekolah untuk mencapai tujuan secar efektif dan efesien. Oleh karena itu kepala sekolah harus efektif dalam mengembangkan dan mengelolah sekolah dengan misi dan visi yang jelas sehingga sekolah dan warga masyarakat /orang tua siswa dapat berkomunikasi dengan baik[2].
Pendidikan Nasional sedang negalami berbagai perunahan yang cukup mendasar, terutama berkaitan dengan undang-undang system pendidikan nasional, manajemen, dan kurikulum yang diikuti oleh perubahan yang lainnya. Perubahan tersebut dapat memecahkan berbagai permasalah pendidikan baik masalah konvensional maupun masalah yang muncul berdamaan dengan hadirnya ide baru (Masalah Inovatif). Perubahan-perubahan ini menuntut berbagai tugas yang harus dikerjakan oleh tenaga kependidikan sesuai dengan peran dan fungsinya masing-masing, mulain dari levelnya dalm menejemen yang dulu sentralistrik sekarang disentralisasikan ke sekolah dengan model manajemen berbasis sekolah. Untuk hal ini posisi kepala sekolah dalam paradigma baru manajemen pendidikan, agar kepala sekolah memahami berbagai kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan. Agar supaya  kepala sekolah tidak plimplan dalam mengambil keputusan dan berbagai kebijakan-kenijakan yang berada dalam sekolah. Kepalah sekolah harus mengetahui tentang Analisis SWOT. Ini sangat penting bagi kepala sekolah dalam mengelolah manajemen kependidikan disekolah.

B. Analisis SWOT
Hasil analisis SWOT dan kajian dari berbagai sumber dapat dikemukakan factor dominant(kekuatan dan peluang) serta factor penghambat (kelemahan dan tantangan) kepala sekolah dalam paradigma baru meejemen pendidikan sebagai berikut

1.     Faktor Dominan (Kekuatan dan Peluang)
Factor dominan kepala sekolah dalam pardigma baru manajemen pendidikan mancangkup Gerakan Peningkatan Kualitas Pendidikan yang Dicanangkan Pemerintah, Sosialiasai Peningkatan Kualitas Pendidikan , Gotong Royong dan Kekeluagaan, Potensi SDM, Input Manajemen dan lain-lain.
a.      Gerakan Peningkatan Kualitas Pendidikan yang Disanangkan Penerintah.
Upaya peningkatan kualitas pendidikan terus –menerus dilakukan baik secara konvensional dan inovatif. Dal terdebut lebih terfokus lagi detelah diamanatkan dalam undang-undang Sisdikas bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa melalui peningkatan kualitas pendidikan pada setiap jenis dan jenjang pendidikan. Dalam peningkatan kualitas peserta didik itu dipersiapkan melalui pendidikan yang berkualitas di baewah kepemimpinan kepala sekolah professional.
b.      Sosialisasi Peningkatan Kualitas Pendidikan.
Pada saat ini, pihak DPN telah melakukan sosialisasi peningkatan kualitas pendidikan diberbagai wilayah kerja, baik dalam pertemuan resmi maupun melalui pelatihan awal. Sosialisasi peningkatan kualitas pendidikan yang telah dilakukan antara lain berkaitan dengan dengan MPMBS yang merupakn program pemerintah pusat.
c.       Gotong Royong dan Kekeluargaan.
Gotong royong dan kekeluagaan dapat menghasilkan dampak positif dalam suatu pekerjaan. Dotong royong dan kekeluagaan yang membudaya dalam kehidupan masyarakat Indonesia masih dikembangkan dalam mewujudkan kepala sekolah professional, menuju terwujutnya visi pendidikan menjadi aksi nyata di sekolah. Kondii ini dapat ditumbuhkembangkan oleh para pengawas dengan menjalin kerja sama dan mempererat hubungan sekolah dengan masyarakat dan dunia kerja terutama yang berada dilingkungan sekolah. Kepala sekolah ini dapat memperkenalkan program sekolah kepada masyarakat dunia keja, terutama masalah yang berkaitan dengan  peningkatan kinerja sekolah dan peningkatan kulitas pendidikan.  
d.      Potensi Kepala Sekolah
Kepala sekolah memiliki berbagai potensi yang dapat dikembangkan secara optimal. Setiap kepala sekolah harus memiliki perhatian yang cukup tinggi terhadap peningkatan kualitas pedidikan di sekolah. Perhatian harus ditunjukkan dalam kemauan dan kemampuan untuk mengembangkan diri dan sekolah secara optimal.
e.      Input Manajemen
Paradigma baru kepala sekolah professional perlu ditunjang oleh input manajemen yang memadai dalam menjalankan roda sekolah, dan mengelolah sekolah secara efektif. Input manajemen yang telah dimiliki seperti tudas yang jelas, rencana yang rinci dan sistematis, program yang mendukung implementasi, ketentuan-ketentuan yang jelas sebagai panutan bagi warga sekolah dalam bertindak, serta adanya system pengendalian mutu yang handal untuk meyakinkan bahwa tujuan yang telah dirumuskan dapat diwujudkan di sekolah.
Kepala sekolah professional dalam paradigma baru manajemen pendidikan harus focus pada pelanggan, melalui peningkatan kualitas pembelajaran, dan kualitas kelulusan dari sekolahnya, meningkatkan kualitas dan kualifikasi tenaga kependidikan, serta mendorong peerta didik untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.   

2.     Faktor Penghambat (Kelemahan dan Tantangan)
Factor penghambat kepala sekolah professional untuk meningkatkan kualitas pendidikan mencangkup System Politik yang Kurang Stabil, Rendahnya Sikap Mental, Wawasan Kepala Sekolah yang Belum Trasparan, Kurang Sarana dan Prasarana, Birokrasi dan lain-lain
a.      System Politik Yang Kurang Stabil
Sistem politik yang kurang stabil dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara, telah menimbulkan berbagai masalah dalam hidup dan kehidupan di masyarakat, merupakan factor penghambat tumbuhnya kepala sekolah professional. Wakil-wakil rakyat di dewan yang lamban dan plin-plan dalam mengambil suatu prakarsa, dan selalu menunggu demonstrasi masyarakat dalam mengmbil suatu keputusan merupakan suatu system politik yang kurang stabil dan kurang menguntungkan. Kondisi semacam ini sangat mewarnai berbagai bidang kehidupan, termasuk pendidikan, beserta komponen-komponen ysng tercangkup didalamnya. Pengembangan sumber daya pembangunan melalui system pendidikan yang memadai perlu ditunjang oleh system politik yang stabil.   
b.      Rendahnya Sikap Mental
Rendahnya sikap mental sebagai kepala sekolah merupakan factor penghambat tumbuhnya kepala sekolah professional. Rendahnya sikap mental tersebut antara lain kurang disiplin dalam melaksanakan tugas, kurang motivasi dan semangat kerja, serta sering datang terlambat ke sekolah. Kondisi tersebut sangat menghambat, dan merupakan tantangan bagi tumbuh kembangnya kepala sekolah professional yang harus dicarikan jalan pemecahannya secara cepat dan tepat.
c.       Wawasan Kepala Sekolah yang Masih Sempit
Tidak semua kepala sekolah memiliki wawasan yang cukup memadai untuk melaksanakan tugas dan fungsinya dalam meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah. Sempitnya wawasan tersebut terutama dalam kaitannya dengan berbagai masalah dan tantangan yang harus dihadapi oleh para kepala sekolah dalam era globalisasi sekarang ini, dimana kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama teknologi imformasi berlangsung begitu cepat. Begitu cepatnya. Begitu cepatnya perkembangan ilmu pengetahun dan teknologi sehingga menyulitkan sebagian kepala sekolah dalam melaksanakan fungsinya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah yang mampu menghasilkan lulusan utntuk bersaing di era yang penuh ketidakpastian dan kesemrawutan global.      
d.      Pengangkatan Kepala Sekolah yang belum Trasparan
Hal merupakan salah satu factor penghambat tumbuh kembangkan kepala sekolah professional. Hasil kajian menunjukkan bahwa pengangkatan kepala sekolah dewasa ini belum atau tidak melimbatkan pihak-pihak mesyasarakat  mengenai jabatan kepala sekolah selama 4 tahun dan setelahnya itu dapat dipilih kembali untuk satu periode berikutnya, belum dapat dilaksanakan. Hal tersebut secara langsung merupakan penghambat tumbuhnya kepala sekolah professional yang mampu mendorong visi menjadi aksi dalam peningkatan kualitas pendidikan.
e.      Kurang Sarana dan Prasarana
Kurangnya sarana dan prasarana pendidikan seperti perpustakaan, laboratorium, bengkel (workshop), pusat sumber belajar dan perlengkapan pembelajaran sangat menghambat tumbuhnya kepala sekolah professional. Hal ini terutama berkaitan dengan kemampuan pemerintah untuk melengkapinya masih kurang. Disamping itu, walaupun pemerintah sudah melengkapi buku-buku pedoman dan buku-buku paket namun dalam pemanfaatannya masih kurang. Beberapa kasus menunjukkkan banyaknya paket yang belum didayagunakan secara optimal untuk kepentingan pembelajaran, baik guru maupun oleh peserta didik.
f.        Birokrasi
Birokrasi yang maih dipengaruhi feodalisme dimana peara penjabat lebih suka dilayani daripada melayani masih masih melekat di lingkungan Dinas pendidikan. Kebiasaan lain seperti lemahnya mengambil prakarsa (inisiatif) serta selalu menunggu juklak dan juknis tidak menunjang bagi tumbuh kembangnya kepala sekolah professional untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Disamping itu dalam lingkungan sekolah perilaku kepemimpinan kepala sekolah cenderung kurang transparan dalam mengelolah sekolahnya. Hal ini menyebabkan kurang percayanya tenaga kependidikan terhadap kepala sekolah, sehinggan dapat menurunkan kinerja dalam meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah. Di samping  kurang mandiri, hambatan lain yang memperlemah kinerja kepala sekolah adalah kurang adanya rasa krisis, rasa memilki, rasa penting terhadap kualitas pendidikan, sehingga menyebkan lemahnya tanggung jawab, yang dapat menurunkan partisipasi dalam kegiatan sekolah.

Taken from my task in University

[1] Menurut Teori Mutakhir (Anonim: 2002)
[2] Mien Rotoe oedjo (2004:191-192)

Tidak ada komentar: