Bukalah cendela pikiranmu sekedar untuk berfikir..

Kamis, 13 Oktober 2011

Rindu Senyuman Ibu


Saat ini aku masih saja berdiam diri di kamar. Tidak ingin keluar apalagi hanya sekedar bertemu ibu. Aku tidak ingin ibu marah lagi kepadaku. Aku ingin sendiri saja di dalam kamar sambil menikmati kesalahanku. Entah mahluk apa yang merasuki jiwa ibu sehingga membakar amarahnya untuk memarahiku. Padahal Aku hanya tidak lolos dalam kompetisi Lomba Musikalisasi Puisi di Kampusku. Aku berada di urutan ke dua dari teman baikku. Sejak dulu, ibuku ingin memiliki putra yang bisa sekaligus pinter berpuisi. Tidak heran bila, ibuku slalu mengirimkan guru privat ke rumaku hanya untuk berlatih.

Bait-bait dalam puisiku

Ibu
Saat ini mungkin aku tlah mengecewakanmu
Aku sudah berusaha
Namun takdir berbicara lain
Aku harus diurutan ke 2

Tapi apa salahku
Sehingga Engkau marah seperti itu
Apakah gara-gara puisiku
Engkau mengabaianku

Ibu
Aku rindu senyummu


Ibuku membaca semua puisi dariku, saat aku pergi dari rumah. Tak begitu bagus puisiku namun ibuku mengeluarkan kristas air mata di pelupuk matanya sampai merah kelam. Ibuku menangis setiap hari mungkin karna ditinggal olehku. Aku pergi bukan mau menghindar dari ibuku melainkan ingin belajar. Belajar secara rutin tanpa beban….               

Semenjak kepergianku ke suatu tempat, ibuku slalu menangis. Entah ada angin apa dan tidak biasanya Ia menangisiku. Aku pergi dari rumah hanya sementara. Bila hati ini tenang, baru aku akan pulang. Tak perlu dirisaukan karna aku sudah memberi tau alamatku pada ibu.

Saat aktifitas rutin berlatih puisiku dimulai kembali, saat inilah aku menjalani kehidupan ini dengan kesendirian.. memasak sendiri, makan sendiri, mandi sendiri heheh, apapun yang dipersiapkan untuk keperluanku, aku sendiri yang melakukan. Aku menjalaninya dengan rasa ikhlas dan tentu demi ibuku tercinta. Aku berlatih di sekolah dengan guru privatku sendiri. Aku belajar setiap pulang sekolah, karna guru privatku yang bernama Bu. Susan hanya bisa dan membantuku belajar puisi sehabis pulang sekolah.  

Hari demi hari, bulan demi bulan, akhirnya aku bisa menuntaskan dan menguasai membaca puisi dengan bagus. “Aku yakin pasti bisa,” kataku dalam hati. 


To be continued

Tidak ada komentar: