A. Pendahuluan
Salah satu kunci yang
sangat menentukan keberhasilan sekolah dalam mencapai tujuannya adalah kepala
sekolah. Keberhasilan kepala sekolah dalam mencapai tujuan secara dominant
ditentukan oleh kendalah menajamen sekolah yang bersangkutan, sedangkan keadaan
manajemen sekolah sangat diapengaruhi oleh kapasitas kepemimpinan kepala
sekolahnya. Hal ini tidak berarti peranan kepala sekolah hanya sekedar sebagai
pemimpin (leader) karena masih banyak peranan yang lainnya. Untuk lingkungan
pendidikan dasar menengah, peranan kepala sekolah dikenal sebagai Educator,
Manager, Administrator, Supervisor dan lain sebagainya.
Kepemimpinan
kepala sekolah harus memiliki 25 kopetensi diantaranya Penyusunan program,
manajemen kelembagaan, evaluasi, manajemen sarana dan prasarana dan lain-lain[1].
Kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu factor yng mendorong sekolah
untuk mencapai tujuan secar efektif dan efesien. Oleh karena itu kepala sekolah
harus efektif dalam mengembangkan dan mengelolah sekolah dengan misi dan visi
yang jelas sehingga sekolah dan warga masyarakat /orang tua siswa dapat
berkomunikasi dengan baik[2].
Pendidikan Nasional
sedang negalami berbagai perunahan yang cukup mendasar, terutama berkaitan
dengan undang-undang system pendidikan nasional, manajemen, dan kurikulum yang
diikuti oleh perubahan yang lainnya. Perubahan tersebut dapat memecahkan
berbagai permasalah pendidikan baik masalah konvensional maupun masalah yang
muncul berdamaan dengan hadirnya ide baru (Masalah Inovatif).
Perubahan-perubahan ini menuntut berbagai tugas yang harus dikerjakan oleh tenaga
kependidikan sesuai dengan peran dan fungsinya masing-masing, mulain dari
levelnya dalm menejemen yang dulu sentralistrik sekarang disentralisasikan ke
sekolah dengan model manajemen berbasis sekolah. Untuk hal ini posisi kepala
sekolah dalam paradigma baru manajemen pendidikan, agar kepala sekolah memahami
berbagai kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan. Agar supaya kepala sekolah tidak plimplan dalam
mengambil keputusan dan berbagai kebijakan-kenijakan yang berada dalam sekolah.
Kepalah sekolah harus mengetahui tentang Analisis SWOT. Ini sangat penting bagi
kepala sekolah dalam mengelolah manajemen kependidikan disekolah.
B.
Analisis SWOT
Hasil analisis SWOT dan
kajian dari berbagai sumber dapat dikemukakan factor dominant(kekuatan dan
peluang) serta factor penghambat (kelemahan dan tantangan) kepala sekolah dalam
paradigma baru meejemen pendidikan sebagai berikut
1. Faktor
Dominan (Kekuatan dan Peluang)
Factor dominan kepala
sekolah dalam pardigma baru manajemen pendidikan mancangkup Gerakan Peningkatan
Kualitas Pendidikan yang Dicanangkan Pemerintah, Sosialiasai Peningkatan
Kualitas Pendidikan , Gotong Royong dan Kekeluagaan, Potensi SDM, Input
Manajemen dan lain-lain.
a.
Gerakan
Peningkatan Kualitas Pendidikan yang Disanangkan Penerintah.
Upaya
peningkatan kualitas pendidikan terus –menerus dilakukan baik secara
konvensional dan inovatif. Dal terdebut lebih terfokus lagi detelah diamanatkan
dalam undang-undang Sisdikas bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa melalui peningkatan kualitas pendidikan pada
setiap jenis dan jenjang pendidikan. Dalam peningkatan kualitas peserta didik
itu dipersiapkan melalui pendidikan yang berkualitas di baewah kepemimpinan
kepala sekolah professional.
b.
Sosialisasi
Peningkatan Kualitas Pendidikan.
Pada
saat ini, pihak DPN telah melakukan sosialisasi peningkatan kualitas pendidikan
diberbagai wilayah kerja, baik dalam pertemuan resmi maupun melalui pelatihan
awal. Sosialisasi peningkatan kualitas pendidikan yang telah dilakukan antara
lain berkaitan dengan dengan MPMBS yang merupakn program pemerintah pusat.
c.
Gotong
Royong dan Kekeluargaan.
Gotong
royong dan kekeluagaan dapat menghasilkan dampak positif dalam suatu pekerjaan.
Dotong royong dan kekeluagaan yang membudaya dalam kehidupan masyarakat
Indonesia masih dikembangkan dalam mewujudkan kepala sekolah professional,
menuju terwujutnya visi pendidikan menjadi aksi nyata di sekolah. Kondii ini
dapat ditumbuhkembangkan oleh para pengawas dengan menjalin kerja sama dan
mempererat hubungan sekolah dengan masyarakat dan dunia kerja terutama yang
berada dilingkungan sekolah. Kepala sekolah ini dapat memperkenalkan program sekolah
kepada masyarakat dunia keja, terutama masalah yang berkaitan dengan peningkatan kinerja sekolah dan peningkatan
kulitas pendidikan.
d.
Potensi
Kepala Sekolah
Kepala
sekolah memiliki berbagai potensi yang dapat dikembangkan secara optimal.
Setiap kepala sekolah harus memiliki perhatian yang cukup tinggi terhadap
peningkatan kualitas pedidikan di sekolah. Perhatian harus ditunjukkan dalam
kemauan dan kemampuan untuk mengembangkan diri dan sekolah secara optimal.
e.
Input
Manajemen
Paradigma
baru kepala sekolah professional perlu ditunjang oleh input manajemen yang
memadai dalam menjalankan roda sekolah, dan mengelolah sekolah secara efektif.
Input manajemen yang telah dimiliki seperti tudas yang jelas, rencana yang
rinci dan sistematis, program yang mendukung implementasi, ketentuan-ketentuan
yang jelas sebagai panutan bagi warga sekolah dalam bertindak, serta adanya
system pengendalian mutu yang handal untuk meyakinkan bahwa tujuan yang telah
dirumuskan dapat diwujudkan di sekolah.
Kepala
sekolah professional dalam paradigma baru manajemen pendidikan harus focus pada
pelanggan, melalui peningkatan kualitas pembelajaran, dan kualitas kelulusan
dari sekolahnya, meningkatkan kualitas dan kualifikasi tenaga kependidikan,
serta mendorong peerta didik untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang
lebih tinggi.
2. Faktor
Penghambat (Kelemahan dan Tantangan)
Factor penghambat kepala
sekolah professional untuk meningkatkan kualitas pendidikan mencangkup System
Politik yang Kurang Stabil, Rendahnya Sikap Mental, Wawasan Kepala Sekolah yang
Belum Trasparan, Kurang Sarana dan Prasarana, Birokrasi dan lain-lain
a.
System
Politik Yang Kurang Stabil
Sistem
politik yang kurang stabil dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara,
telah menimbulkan berbagai masalah dalam hidup dan kehidupan di masyarakat,
merupakan factor penghambat tumbuhnya kepala sekolah professional. Wakil-wakil
rakyat di dewan yang lamban dan plin-plan dalam mengambil suatu prakarsa, dan
selalu menunggu demonstrasi masyarakat dalam mengmbil suatu keputusan merupakan
suatu system politik yang kurang stabil dan kurang menguntungkan. Kondisi
semacam ini sangat mewarnai berbagai bidang kehidupan, termasuk pendidikan,
beserta komponen-komponen ysng tercangkup didalamnya. Pengembangan sumber daya
pembangunan melalui system pendidikan yang memadai perlu ditunjang oleh system
politik yang stabil.
b.
Rendahnya
Sikap Mental
Rendahnya
sikap mental sebagai kepala sekolah merupakan factor penghambat tumbuhnya
kepala sekolah professional. Rendahnya sikap mental tersebut antara lain kurang
disiplin dalam melaksanakan tugas, kurang motivasi dan semangat kerja, serta
sering datang terlambat ke sekolah. Kondisi tersebut sangat menghambat, dan
merupakan tantangan bagi tumbuh kembangnya kepala sekolah professional yang
harus dicarikan jalan pemecahannya secara cepat dan tepat.
c.
Wawasan
Kepala Sekolah yang Masih Sempit
Tidak
semua kepala sekolah memiliki wawasan yang cukup memadai untuk melaksanakan
tugas dan fungsinya dalam meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah.
Sempitnya wawasan tersebut terutama dalam kaitannya dengan berbagai masalah dan
tantangan yang harus dihadapi oleh para kepala sekolah dalam era globalisasi
sekarang ini, dimana kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama teknologi
imformasi berlangsung begitu cepat. Begitu cepatnya. Begitu cepatnya perkembangan
ilmu pengetahun dan teknologi sehingga menyulitkan sebagian kepala sekolah
dalam melaksanakan fungsinya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah
yang mampu menghasilkan lulusan utntuk bersaing di era yang penuh
ketidakpastian dan kesemrawutan global.
d.
Pengangkatan
Kepala Sekolah yang belum Trasparan
Hal
merupakan salah satu factor penghambat tumbuh kembangkan kepala sekolah
professional. Hasil kajian menunjukkan bahwa pengangkatan kepala sekolah dewasa
ini belum atau tidak melimbatkan pihak-pihak mesyasarakat mengenai jabatan kepala sekolah selama 4
tahun dan setelahnya itu dapat dipilih kembali untuk satu periode berikutnya,
belum dapat dilaksanakan. Hal tersebut secara langsung merupakan penghambat
tumbuhnya kepala sekolah professional yang mampu mendorong visi menjadi aksi
dalam peningkatan kualitas pendidikan.
e.
Kurang
Sarana dan Prasarana
Kurangnya
sarana dan prasarana pendidikan seperti perpustakaan, laboratorium, bengkel (workshop),
pusat sumber belajar dan perlengkapan pembelajaran sangat menghambat tumbuhnya
kepala sekolah professional. Hal ini terutama berkaitan dengan kemampuan
pemerintah untuk melengkapinya masih kurang. Disamping itu, walaupun pemerintah
sudah melengkapi buku-buku pedoman dan buku-buku paket namun dalam
pemanfaatannya masih kurang. Beberapa kasus menunjukkkan banyaknya paket yang
belum didayagunakan secara optimal untuk kepentingan pembelajaran, baik guru
maupun oleh peserta didik.
f.
Birokrasi
Birokrasi
yang maih dipengaruhi feodalisme dimana peara penjabat lebih suka dilayani
daripada melayani masih masih melekat di lingkungan Dinas pendidikan. Kebiasaan
lain seperti lemahnya mengambil prakarsa (inisiatif) serta selalu menunggu
juklak dan juknis tidak menunjang bagi tumbuh kembangnya kepala sekolah
professional untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Disamping itu dalam
lingkungan sekolah perilaku kepemimpinan kepala sekolah cenderung kurang
transparan dalam mengelolah sekolahnya. Hal ini menyebabkan kurang percayanya
tenaga kependidikan terhadap kepala sekolah, sehinggan dapat menurunkan kinerja
dalam meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah. Di samping kurang mandiri, hambatan lain yang
memperlemah kinerja kepala sekolah adalah kurang adanya rasa krisis, rasa
memilki, rasa penting terhadap kualitas pendidikan, sehingga menyebkan lemahnya
tanggung jawab, yang dapat menurunkan partisipasi dalam kegiatan sekolah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar